Penasihat Presiden Palestina untuk Urusan Luar Negeri, Riyad Al-Maliki, mengungkapkan bahwa pembunuhan yang terus berlanjut di wilayah Palestina menunjukkan kegagalan komunitas internasional dalam menghentikan perang serta standar ganda yang mereka terapkan.
"Ini benar-benar mencerminkan kegagalan komunitas internasional dalam menghentikan konflik," ujar Al-Maliki dalam diskusi bertema Palestine's Never-Ending Struggle for Statehood, Human Rights, and Justice di Jakarta pada Selasa.
Al-Maliki juga menambahkan bahwa selain gagal menghentikan perang, terlihat jelas standar ganda yang diterapkan komunitas internasional dalam menangani berbagai konflik di dunia.
"Palestina diperlakukan jauh berbeda dibandingkan dengan Israel. Israel bertindak melampaui batas hukum dan kebal terhadap berbagai sanksi serta akuntabilitas," katanya dalam diskusi yang berfokus pada isu Palestina tersebut.
Diskusi yang diadakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Kedutaan Besar Palestina berlangsung secara hybrid di Sekretariat FPCI di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh sejumlah duta besar asing di Jakarta, termasuk Dubes Palestina Zuhair Al-Shun, Dubes Iran Mohammad Boroujerdi, Dubes Sudan Yassir Mohamed Ali, Dubes Maroko Ouadia Benabdellah, serta Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad.
Dalam kesempatan tersebut, Al-Maliki menjelaskan bahwa selama Israel merasa kebal terhadap hukum dan tidak menghadapi konsekuensi atas tindakan kriminal dan kekejaman terhadap rakyat Palestina, mereka tidak melihat alasan untuk menghentikan perang.
Al-Maliki juga menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu percaya perang terhadap rakyat Palestina adalah perang eksistensial bagi Israel. Netanyahu menganggap peristiwa 7 Oktober 2023 mengungkapkan kelemahan sistem keamanan nasional Israel.
"Ini bukan hanya mengungkap titik kelemahan, tetapi juga kegagalan sistem keamanan nasional Israel," katanya.
Menurut Al-Maliki, Netanyahu menyadari bahwa sistem keamanan nasional Israel gagal karena ada orang-orang Palestina yang tinggal di tanah yang disebut Palestina. "Satu-satunya cara bagi Israel untuk mengamankan sistem keamanan nasional mereka adalah dengan menghilangkan keberadaan Palestina dari tanah Palestina," tuturnya.
Hingga saat ini, pasukan Israel masih terus menggempur wilayah pendudukan Palestina, menghancurkan sekolah, gereja, infrastruktur penting lainnya, dan membunuh rakyat Palestina, dengan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak yang tidak bersalah.
LEAVE A REPLY